Posted by
Fahrizal
|
0
comments
SERAMPAI BABAD Batik dan sejarah
SERAMPAI
BABAD
Batik
Jawa
Tahukan Anda, Indonesia memiliki motif
batik paling lengkap dan paling kompleks di dunia?
Kultur
pembuatan pola di atas kain dengan teknik celup dan malam memang tersebar di
penjuru dunia. Penyebarannya mulai dari peradaban kuno seperti Mesir hingga ke
Jepang, bahkan Afrika. Namun, hanya di Indonesia para pecinta kain tradisional
dapat menjumpai ribuan motif batik, genap dengan maknanya masing-masing dan
terus bertambah dari waktu ke waktu.
Leluhur
manusia Jawa, utamanya di wilayah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, membawa batik
ke puncak keagungan akal budi Nusantara. Di tangan mereka, sejak awal abad
ke-17 dunia mengenal batik sebagai satu dari sepuluh unsur budaya asli Tanah
Air, sejajar dengan gamelan dan wayang. Artinya, batik adalah bagian dari
identitas bangsa yang keberadaannya jauh lebih dulu sebelum infiltrasi budaya
dari India maupun China.
Mengawali
sejarahnya dari dinding keraton Kerajaan Mataram, batik kemudian dipopulerkan
di kalangan kawula alit oleh para perajin batik istana. Bagi masyarakat pada
saat itu, batik tulis adalah satu-satunya jenis produksi batik yang
disebarluaskan. Baru pada awal abad ke-20, perajin melirik pengerjaan batik ke
teknologi cap yang lebih cepat, lebih praktis.
Batik
Solo
Batik
dari bagian timur bekas Kerajaan Mataram ini mudah dikenali dengan dominasi
warna coklat dan sogan sebagai warna dasar kainnya, sedangkan untuk warna-warna
gelap, batik Solo akan menggunakan warna dasar hitam.
Batik
Yogyakarta
Lain
dengan batik Solo, kekhasan batik Yogyakarta berada di corak cerah berwarna
putih sebagai warna dasar kain, sementara warna biru dominan digunakan untuk
memberi kesan gelap. Batik Yogyakarta juga memiliki beberapa motif dasar, di
antaranya:
Kawung
= Keperkasaan dan keadilan
Parang
= Keindahan
Truntum
= Tuntunan
Tambal
= Pemberian dan anugerah
Batik
Pekalongan
Letak
geografis kota Pekalongan yang berada di pesisir pantai utara Jawa memberi
pengaruh pada motif batiknya. Batik pesisir Pekalongan menerima dinamika budaya
lain yang didatangkan oleh para pedagang dari negara-negara seperti China dan
Arab. Motif-motif ini antara lain:
Encim,
dipengaruhi budaya China
Jlamprang,
dipengaruhi budaya India dan Arab
Klengenan,
dipengaruhi budaya China
Hokokai,
dipengaruhi budaya Jepang
Pagi
Sore, dipengaruhi budaya Belanda
THE
CHRONICLE
Javanese
Batik
Do you know? Indonesia is the only
place with the most complete and complex batik motifs in the world.
The
world has known the culture of fabric decorating with dipping technique and wax
inscription spread from ancient Egypt to Japan and Africa. Yet, no civilization
can traditional fabric devotees discover the most diverse batik motifs,
thousands of those, like Indonesia. The motifs in each textile are highly
comprehensive with profound meaning and they keep growing in numbers from time
to time.
Progenitor
of Javanese people, especially those who dwelled the area of Central Java and
Yogyakarta, brought the art of batik making to the height of Nusantara’s great
ingenuity. Lay in their hands, is the fact that since early of 17th
century, batik is identified as one of ten native elements which shape the
culture of Indonesia, equal to traditional music instrument of gamelan and
puppet. It signifies that batik is part of the nation’s identity as its
existence sprouted long before cultural infiltration originated from China or
India.
Initiating
its history inside the noble wall of Mataram Kingdom, batik was then made
popular within common society of Java by the palace batik artists. To them,
handwritten batik was the singular product known widely at that time. Printing
technology was subsequently introduced in 1920s when batik maker saw it made
the producing job to be handier and faster.
Batik
of Solo
Batik
from this eastern part of ex-Mataram Kingdom can be easily recognized. It holds
natural brown, sogan (strong brown)
or black as the ground fabric color. Some of the ultimate motifs of Batik Solo
are as follows:
Sido
Asih, represents nobility
Ratu
Ratih, represents honor
Parang
Kusumo, represents struggle
Bokor
Kencana, represents hope, greatness and prestigious
Sekar
Jagad, represents beauty and nobility of life
Batik
of Yogyakarta
Batik
from Yogyakarta carries quite different lines than that from Solonese drapery.
White dominates the color of the background, with blue as dark motif
variations. Numbers of primary motifs on Jogjanese batik are:
Kawung,
represents strength and justice
Parang,
represents beauty
Truntum,
means guidance
Tambal,
represents gift and endowment
Batik
of Pekalongan
Locating
geographically in the north shore of Java Sea gives society and batik of
Pekalongan certain leverage brought by international sailors and traders. They
generally came from countries like China and Arab. Example of these motifs are:
Encim,
influenced by Chinese culture
Jlamprang,
influenced by Indian dan Arabic culture
Klengenan,
influenced by Chinese culture
Hokokai,
influenced by Japanese culture
Pagi
Sore, Influenced by Dutch culture
0 comments: