Posted by Fahrizal | 0 comments

Smart Street Marketing

Istilah Smart Street Marketing terdiri dari 2 (dua) kata utama yaitu kata STREET dan SMART, sehingga kedua kata tersebut dapat dikombinasikan menjadi:
1. ‘Street Smart’ Marketing
2. Smart ‘Street Marketing’

Kepopuleran kedua istilah diatas dapat dilihat dari banyaknya informasi mengenai istilah tersebut dari situs pencarian Google.

Istilah Hasil (result) di www.google.co.id
Street Smart Marketing 699
Street Smart 1.580.000
Smart Street Marketing 10
Street Marketing 287.000
Bandingkan dengan:
Viral Marketing 4.950.000
Marketing 695.000.000
Consumer 327.000.000
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, per tanggal 18 Juni 2008

Kedua istilah tersebut memiliki definisi yang berbeda, dibawah ini terdapat beberapa pemahaman terkait.

Definisi Street Smart

“street-smart • adj. inf. having the skills and knowledge necessary for dealing with modern urban life, esp. the difficult or criminal aspects of it: a street-smart hustler on a motorcycle. • n. (street smarts) these skills and knowledge: take the advice of somebody who's got a little more street smarts than you.” (Sumber: The Oxford Pocket Dictionary of Current English 2008)

Istilah street smart kerap dibandingkan dengan book smart. Terdapat perbedaan mendasar mengenai karakter kedua individu yang berlabel Street Smart (SS) dan Book Smart (BS). Orang-orang SS mendapatkan informasi dan pengetahuan langsung dari pengalaman yang dikerjakannya sehari-hari. Sebaliknya, orang-orang BS mendapat pengetahuan tentang apa yang akan dikerjakannya dari literatur buku, atau dari sekolah (school smart), dan sangat mementingkan masalah akademiknya (study oriented). (Sumber :blogfrandi.wordpress.com)

Berikut ini adalah karakteristik dari Street Smart dan Book Smart :

PERBEDAAN STREET SMART BOOK SMART
1. Cara berpikir dalam menyelesaikan masalah Imajinatif Sistematis
2. Sikap terhadap aturan dalam mencapai tujuan Break the Rules Follow the Rules
3. Dasar penyampaian solusi Pengalaman Konseptual
4. Dasar analisa Observasi langsung Data/informasi sekunder
5. Dasar pemahaman terhadap orang lain/konsumen Hasil komunikasi yang dilakukan secara langsung Artikel/rujukan lain
6. Kecenderungan perilaku Praktis Berdasarkan teori/dasar yang kuat
7. Perilaku dalam melakukan pemasaran Cenderung melakukan Trial & Error Cenderung melakukan tahap demi tahap
8. Perilaku terhadap perubahan Fleksibel Kaku
9. Sasaran Short-Term Rapid Growth Long-Term Stable Growth
10. Faktor penting yang dipercaya dalam karir pemasaran Pendidikan formal Pengalaman praktis
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen 2008

Definisi STREET MARKETING:

“Street marketing is the art of taking your product directly to the people to whom you're trying to sell.” (www.nfib.com)
“Street marketing: It's a matter of smarts. He highest compliment you could pay someone was to say he or she was "street smart." This indicated that person knew how to get things done, with a common-sense-no-non-sense approach to life. This same common sense approach is what makes street marketing ideal for the small business owner looking to create a big impression on a limited budget“” (www.bnet.com)
“Street marketing is a way of communing with youth culture. To do this, we have to understand their lifestyle, take into account their particular ambitions and buying patterns and identify their interests (music, sports, fashion, media and new technology).”
Fenomena street marketing bukanlah praktek pemasaran baru di masyarakat. Munculnya kegiatan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
? Penggunaan iklan di TV sebagai media komunikasi mulai dirasa kurang efektif dalam mempengaruhi konsumen.
Bertambahnya jumlah channel televisi menyebabkan jumlah space untuk iklan bertambah. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan belanja iklan perusahaan untuk TV yang menurun dari 17% di tahun 2006 menjadi 13% di tahun 2007 (AC Nielsen), dan proporsi iklan media TV tidak sebanyak proporsi Dari sudut pandang konsumen, menonton iklan TV menjadi kegiatan yang kurang disukai, sehingga timbul keinginan untuk mengganti saluran TV saat acara yang ditonton break/selesai.

Oleh karena itu, menggunakan iklan/advertising saja tidaklah cukup agar merek tersebut dilirik oleh konsumen. Media-media baru pun mulai bermunculan, para pemasar dituntut semakin aktif berkomunikasi dengan konsumennya. Aktif berarti sebisa mungkin komunikasi merek mereka menyentuh target konsumen sebanyak-banyaknya. Sehingga bauran promosi tidak hanya dapat dilihat di rumah tetapi juga dapat dilihat/didengar saat mereka beraktivitas. Sehingga banyak bermunculan media-media baru yang dianggap lebih efektif dalam berkomunikasi.

? Teknologi muncul di berbagai media baru
Tren media yang digunakan untuk berkomunikasi lebih banyak mengarah pada internet, mobile technology, dan database. Bentuknya dapat kita lihat mulai dari iklan sampai alat-alat promosi penjualan.

Internet dapat dikatakan sebagai media yang mulai diperhitungkan sebagai salah satu bauran promosi, hal tersebut dapat disimpulkan karena peningkatan jumlah penggunannya cukup tinggi di Indonesia. Jumlah pengguna internet tahun 2007 mencapai 20 juta orang, yaitu sekitar 8.5% dari jumlah populasi di Indonesia dan meningkat 900% dibandingkan tahun 2000. (Sumber: www.internetworldstats.com). Sehingga, media tersebut merupakan mulai diperhitungkan sebagai salah satu bauran promosi.

Viral Marketing adalah teknik pemasaran yang menggunakan social network untuk meningkatkan brand awareness dalam meraih objek pemasaran. Viral Marketing dapat menjadi word-of-mouth dengan penyebaran melalui jaringan internet. Umumnya content yang disebarkan adalah cerita lucu atau informasi.

Meningkatnya penggunaan media luar ruang mengindikaskan bahwa masyarakat di Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu di jalan.  Bentuknya bermacam-macam, dari iklan yang ada di mobil, taxi, bus, billboard, sampai pintu elevator di gedung-gedung.

Contoh-contoh Street Promotion
PERUSAHAAN BENTUK PROMOSI KETERANGAN
Duracell Iklan di Escalator & Gardu Listrik  
IKEA
(Sumber : www.culture-buzz.com)
Ikea Creative Street Marketing (Japan) Untuk memperingati hadirnya musim cherry blossom (Spring Season), IKEA mendekorasi kereta api dengan mencat badan kereta, mengganti interior dengan produk IKEA. Tujuan yang ingin dicapai adalah menciptakan perasaan homey dimana saja.
Soto Gebrak
(Sumber : www.rujakuleg.blogspot.com)
Soto Gebrak Menjual soto dengan cara menggebrak botol kecapnya sehingga membuat pengunjung kaget karena hentakan yang terjadi.
The Body Shop
 (Sumber : Majalah Marketing – Februari 2008) Anita Roddick : Sang Penentang Arus Panduan visi, kegilaan, insting, optimisme, story telling, dan kampanye sosial menjadi kunci suksesnya.
Film ”Pocong” Untuk mempromosikan filim ”Pocong” pihak rumah produksi membuat sebuah boneka pocong dengan ukuran relatif besar yang diletakkan di perempatan jalan.
Sampoerna TV di atas kantor polisi di perempatan jalan Menggunakan TV flat sebagai media iklan yang diletakkan di perempatan jalan.
Trenz, Softener SoKlin Iklan Menaruh iklan yang menarik di sebuah pusat perbelanjaan di Selatan Jakarta.
 
Unilever Festival Jajanan Bango Membuka stand serta menghadirkan berbegai jenis masakan Indonesia yang diolah dengan menggunakan kecap Bango.
Majalah CHIC CHIC-ers Talk Mengadakan acara KopDar antara pembaca majalah Chic.
Ayam Bakar Wong Solo Memiliki latar belakang cerita pribadi mengenai pemilik restoran tersebut yang membuat sensasi.















By:







1. DEFINISI Competency Based Human Resource Management (CBHRM)
Seiring dengan semakin ketatnya persaingan di dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi di berbagai sektor industri dewasa ini, peranan sumber daya manusia sebagai faktor penentu utama mampu tidaknya perusahaan untuk bersaing secara dinamis dan menguntungkan semakin dirasakan arti pentingnya. Keunggulan mutu bersaing suatu organisasi sangat ditentukan oleh mutu SDM-nya. Penanganan SDM harus dilakukan secara menyeluruh dalam kerangka sistem pengelolaan SDM yang bersifat strategis, integrated, interrelated dan unity. Organisasi sangat membutuhkan SDM yang kompeten, memiliki kompetensi tertentu yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

Pembenahan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia di suatu perusahaan terus dilakukan melalui program-program seperti  pelatihan dan pengembangan karyawan (training and development), assessment, maupun instalasi program Human Resources Information System. Akan tetapi seringkali dirasakan belum memberikan hasil yang optimal bagi pemberdayaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Hal ini disebabkan karena pembenahan atau pemberdayaan di bidang sumber daya manusia seringkali dilakukan tanpa dilandasi suatu strategic grand scenario.
Salah satu pendekatan dalam Manajemen SDM dewasa ini adalah menggunakan Competency Based Human Resources Management (CBHRM). Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Prof Dr David McClelland di Amerika Serikat sekitar 33 tahun lalu. Competency-Based Human Resources Management (CBHRM) adalah suatu pola pendekatan di dalam membangun suatu sistem manajemen sumber daya manusia yang handal dengan memanfaatkan kompetensi sebagai titik sentralnya.

Sedangkan di Indonesia konsep Competency-Based Human Resources Management (CBHRM) baru menjadi isu beberapa tahun ke belakang ini. Terdapat beberapa perusahaan yang mulai menerapkan sistem ini. Untuk mengetahui bagaimana penerapan system ini di Indonesia dan faktor yang mendukung keberhasilan penerapan system ini, maka divisi riset Manajemen PPM melakukan penelitian mengenai  praktek Competency-Based Human Resources Management (CBHRM) pada beberapa perusahaan di Indonesia.

Penelitian ini dilakukan pada 52 responden yang berasal dari perusahaan BUMN, Swasta Nasional, Swasta Asing, Nirlaba, dan Joint Venture. Dimana metode sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan tipe riset conclusive descriptive dan correlational study. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah descriptive, crosstab dan anova.

2. Penerapan Competency Based HRM (CBHRM)

Berdasarkan hasil survei terlihat 69% perusahaan dipersepsikan telah menerapkan CBHRM, sedangkan sisanya 31% belum menerapkan sistem ini. Perusahaan yang menerapkan CBHRM merupakan perusahaan besar dengan jumlah karyawan lebih dari 1300 orang. Sebagian besar penerapan CBHRM dilakukan oleh perusahaan BUMN (23,5%) dan swasta nasional (21,6%). Hal ini terlihat pada gambar 2 dan gambar 3.

GAMBAR 1
Komposisi perusahaan yang dipersepsikan menerapkan CBHRM
 n=52
  Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008



GAMBAR 2

n=52
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008

GAMBAR 3

n=52
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008

Adapun yang menjadi alasan mengapa perusahaan-perusahaan tersebut menerapkan CBHRM antara lain :
1. Untuk penilaian yang lebih profesional dan obyektif karena dapat diukur secara kuantitatif.
2. Sistem SDM Berbasis Kompetensi dapat melihat perkembangan prestasi karyawan.
3.  Mendukung strategi perusahaan.

Dari gambar 1 terlihat 31% mempersepsikan belum menerapkan CBHRM. Dari perusahaan yang belum menerapkan, 27% mengatakan perlu menerapkan CBHRM sedangkan 4% tidak perlu menerapkannya (gambar 4). Alasan perusahaan perlu menerapkan CBHRM adalah sebagai berikut:
Membantu dalam penyelenggaraan organisasi secara lebih obyektif, fokus dan terintegrasi .
Mampu bersaing baik secara lokal maupun internasional.
GAMBAR 4

n=52
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008

Perusahaan yang telah menerapkan sistem SDM berbasis kompetensi harus diintegrasikan dengan aktifitas manajemen yang nyata dalam pengelolaan SDM di perusahaan. Rangkaian aktifitas Manajemen meliputi Perencanaan (HR Planning), Perekrutan dan Seleksi SDM (Recruitment & Selection), Pelatihan dan Pengembangan (Training & Development), Pengembangan karir (Career Development), Remunerasi dan Penghargaan (Remuneration & Reward), dan Penilaian Kinerja, Pengembangan Kinerja serta Pengelolaan Kinerja (Performance Management).


GAMBAR 5
Competency Based Human Resources Management




Untuk itulah dalam survei ini ingin mengetahui sampai sejauhmana penerapan CBHRM di perusahaan. Apakah semua sistem SDM terutama Recruitment & Selection, Learning & Development, Career Development, Performance Management, Compensation dan HR Planning telah berbasis kompetensi?
Hasil survei menunjukkan bahwa kompetensi belum dilakukan secara menyeluruh pada sistem SDM. Berikut ini adalah perinciannya:




GAMBAR 6
Persepsi Responden Terhadap Penerapan Sistem SDM Berbasis Kompetensi di Perusahaannya

n=52
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008

3. Langkah-Langkah Penerapan Competency Based HRM (CBHRM)

Berbicara mengenai pengelolaan kompetensi SDM, kita harus mencari tahu bagaimana kompetensi SDM ini dimulai dari segi perencanaan, pengorganisasian sampai dengan evaluasi. Competency-based HRM pada dasarnya adalah menggunakan model kompetensi sebagai dasar dari sistem maupun program HR yang ada di dalam suatu organisasi. Karena kompetensi menjadi dasarnya, maka yang diperlukan terlebih dahulu adalah memiliki model kompetensi untuk organisasi tersebut, yang tentunya dibangun berdasarkan kapabilitas organisasi yang ingin dibangun oleh organisasi tersebut.

Model ini menggambarkan kompetensi yang diperlukan, baik teknis maupun behavioral, oleh berbagai jabatan yang ada di dalam organisasi tersebut.
Dengan demikian, model kompetensi di satu organisasi dengan yang lain dapat berbeda karena situasi dan kebutuhannya tidak selalu sama.

Berikut ini adalah hasil survei terhadap waktu yang diperlukan perusahaan dalam pembuatan model kompetensi dan sosialisasi.

GAMBAR 7
 
n=20
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008

Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar perusahaan (71.4%) membutuhkan waktu 1-3 tahun untuk membuat model kompetensi. Sedangkan untuk mensosialisaskannya sebanyak 70% perusahaan memerlukan waktu kurang dari satu tahun. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan belum terlalu lama menerapkan model kompetensi, terlihat dari 75% perusahaan mengatakan proses sosialisasi baru dilakukan selama kurang dari satu tahun.

Berdasarkan hasil survei 75% perusahaan melakukan evaluasi terhadap model competency yang telah dibuat. Dimana 58% mengatakan melakukan tindak lanjut dari hasil evaluasi sedangkan 17% tidak melakukannya. Bentuk tindak lanjut hasil evaluasi:
Penyempurnaan dan pengembangan model kompetensi  sesuai  dinamika dan arah bisnis, penyelarasan seluruh kebijakan HR.
Program pelatihan/training, baik internal maupun ekternal.
Hasil evaluasi diberikan kepada unit terkait sebagai masukan bagi policy selanjutnya.
Evaluasi dilanjutkan ke jenjang karir.

4. INDIKATOR KEBERHASILAN PENERAPAN SISTEM SDM BERBASIS KOMPETENSI

Responden melihat indikator keberhasilan terbesar (31%) dalam penerapan Sistem SDM berbasis kompetensi adalah dapat mendukung strategi perusahaan sehingga mencapai target yang telah ditetapkan. Sedangkan Indikator terbesar lainnya (31%) adalah sustainability atau dilakukan secara terus menerus dan senantiasa melakukan evaluasi dan perbaikan. Sedangkan indikator lainnya adalah tingkat penerimaan karyawan (17%), investasi (10%) serta rentang waktu yang dibutuhkan (10%).

GAMBAR 8

n=20
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Juli 2008

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN PENERAPAN CBHRM
Tidak semua perusahaan berhasil menerapkan Competency Based Human Resources Management (CBHRM). Berikut ini adalah hasil survei terhadap faktor-faktor keberhasilan perusahaan dalam menerapkan Competency Baesd HRM (CBHRM):
Komitmen karyawan puncak.
Keterlibatan manajemen lini.
Sosialisasi Sistem SDM Berbasis Kompetensi.
Teknologi.

Sedangkan hambatan yang dihadapi dalam penerapan CBHRM, baik manager maupun staf mempersesikan bahwa keterlibatan manajemen puncak dalam proses soisalisasi adalah faktor yang perlu diperhatikan. Selain itu manager mempersepsikan bahwa faktor lain yang perlu diperhatikan adalah keterlibatan karyawan dalam penerapan Sistem SDM Berbasis Kompetensi dan dukungan teknologi. Sedangkan untuk Staf selain proses sosialisasi faktor lain yang perlu diperhatikan adlaha komitmen manajemen lini dalam implementasi CBHRM.

GAMBAR 9
Faktor-faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan CBHRM

N=52
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008







6. PENGUNAAN KONSULTAN DALAM PENERAPAN CBHRM

Dari perusahaan yang menerapkan CBHRM, 63% mengatakan menggunakan konsultan untuk membantu menerapkan CBHRM, sedangkan 37% tidak mengunakan konsultan. Sedangkan konsultan yang adalah konsultan asing (17%) dan konsultan lokal (83%). Penggunaan konsultan asing biasanya dilakukan oleh perusahaan Swasta Asing (75%) dan Nirlaba (25%), sedangkan konsultan lokal paling banyak digunakan oleh perusahaan BUMN (44%) dan Swasta Nasional (28%)



GAMBAR 10
 n=35

GAMBAR 11
 n=22





GAMBAR 12

n=4

GAMBAR 13

  n=18


1. DEFINISI Outsourcing
Dalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini, maka perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan berupaya fokus menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan penunjang diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini dikenal dengan istilah “outsourcing.”
(Sumber : http://ariswan.wordpress.com/2008/05/23/outsourcing-sebagai-solusi-dunia)
“Outsourcing is subcontracting a process, such as product design or manufacturing, to a third-party company.[1] The decision to outsource is often made in the interest of lowering firm costs, redirecting or conserving energy directed at the competencies of a particular business, or to make more efficient use of land, labor, capital, (information) technology and resources. Outsourcing became part of the business lexicon during the 1980s.“
(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Outsourcing)
Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non--core business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit outsourcing. (Sumber : “Seputar Tentang Tenaga Outsourcing”, http://malangnet.wordpress.com)
Outsourcing menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan khususnya bagi tenaga kerja. Oleh sebab itu terdapat pro dan kontra terhadap penggunaan outsourcing, berikut beberapa penjabarannya dalam tabel 1.
TABEL 1
Pro – Kontra Penggunaan Outsourcing
PRO OUTSOURCING KONTRA OUTSOURCING
- Business owner bisa fokus pada core business.
- Cost reduction.
- Biaya investasi berubah menjadi biaya belanja.
- Tidak lagi dipusingkan dengan oleh turn over tenaga kerja.
- Bagian dari modenisasi dunia usaha (Sumber : Pekerjaan Waktu Tertentu dan “Outsourcing, www.sinarharapan.co.id)
- Ketidakpastian status ketenagakerjaan dan ancaman PHK bagi tenaga kerja. (Sumber: www.hukumonline.com)
- Perbedaan perlakuan Compensation and Benefit antara karyawan internal dengan karyawan outsource. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)
- Career Path di outsourcing seringkali kurang terencana dan terarah. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)
- Perusahaan pengguna jasa sangat mungkin memutuskan hubungan kerjasama dengan outsourcing provider dan mengakibatkan ketidakjelasan status kerja buruh.  (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)
- Eksploitasi manusia (Sumber : Pekerjaan Waktu Tertentu dan “Outsourcing, www.sinarharapan.co.id)

(Informasi dari berbagai sumber hasil browsing di internet)
2. Undang-undang Mengenai Outsourcing
Untuk mengantisipasi kontra yang terjadi dalam penggunaan outsourcing, maka dibuat Undang-undang No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya Bab IX tentang Hubungan Kerja, yang didalamnya terdapat pasal-pasal yang terkait langsung dengan outsourcing. Berikut dijabarkan isi dari undang-undang tersebut.
Pasal 50 – 55, Perjanjian Kerja
Pasal 56 – 59, Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
Pasal 59
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun;
3. Pekerjaan yang bersifat musiman;
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau
diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang didasarkan atas jangaka
waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali  untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 60 – 63, Perjanjian Kerja Waktu Tidak Terbatas (PKWTT)
Pasal 64 – 66, Outsourcing
Pasal 64
Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis.



Pasal 65
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebaga berikut:
a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum.
(4) Perlindungan kerja dan yarat-syarat kerja bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulisa antara perusahaan lain dan pekerja/buruh yang dipekerjakan.
(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
Pasal 66,
Penyediaan jasa pekerja./buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai berikut : Adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerj/buruh;
Pasal 1 ayat 15, “Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.”
Pekerja dari perusahaan penyedia jasa pekerja tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atas kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
3. Penerapan Outsourcing Di Perusahaan
Survei dilakukan menggunakan kuesioner dengan convinience sampling kepada 44 perusahaan,
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa 73% perusahaan menggunakan tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya, sedangkan sisanya yaitu 27% tidak menggunakan tenaga outsource.
Dari 73%, perusahaan yang sepenuhnya menggunakan tenaga outsource merupakan jenis industri perbankan,  kertas, jasa pendidikan, pengolahan karet & plastik, serta industri makanan & minuman.  Sedangkan industri alat berat, mesin dan sarana transportasi (otomotif dan suku cadang) menggunakan tenaga outsource sebanyak 57.14%. Untuk industri farmasi & kimia dasar (80%), industri telekomunikasi & informasi teknologi (60%) dan industri lainnya sebanyak 50% terdiri dari industri jasa pemeliharaan pembangkit listrik, konsultan, EPC (enginering, procurement, construction), pengolahan kayu, kesehatan, percetakan & penerbitan, dan elektronik.
Jika dilihat dari status kepemilikan, diketahui bahwa BUMN, Joint Venture dan Nirlaba menggunakan 100% tenaga outsource dalam kegiatan operasionalnya. Sedangkan untuk swasta nasional menggunakan tenaga outsource sebanyak 57.69% dan swasta asing menggunakan sebanyak 85.71%. Hal ini terlihat pada gambar 1, gambar 2 dan gambar 3.
GAMBAR 1
Perusahaan Yang Menggunakan Tenaga Outsourcing

     Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008

GAMBAR 2
Perusahaan Yang Menggunakan Outsource Berdasarkan Jenis Industri

 Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
GAMBAR 3
Perusahaan Yang Menggunakan Outsource Berdasarkan Status Kepemilikan

Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008

Dalam survei ini ingin diketahui sampai sejauh mana penerapan Outsourcing di perusahaan, jenis pekerjaan seperti apa yang banyak menggunakan tenaga outsource, apakah penggunaan tenaga outsource dinilai efektif oleh perusahaan?
4. Langkah-langkah Penerapan Sistem Outsourcing
Ketentuan Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 UU Ketenagakerjaan dan putusan Mahkamah Konstitusi pada tahun 2004, menjadi legitimasi tersendiri bagi keberadaan outsourcing di Indonesia. Artinya, secara legal formal, sistem kerja outsourcing memiliki dasar hukum yang kuat untuk diterapkan. Keadaan demikian yang membuat pengusaha menerapkan sistem ini.  (Sumber: “Hadang Outsourcing dengan Framework Agreement”, www.hukumonline.com).
Dimuatnya ketentuan outsourcing pada Undang-Undang Tenaga Kerja dimaksudkan untuk mengundang para investor agar mau berinvestasi di Indonesia.
Penggunaan outsourcing seringkali digunakan sebagai strategi kompetisi perusahaan untuk fokus pada core business-nya. Namun, pada prakteknya outsourcing didorong oleh keinginan perusahaan untuk menekan cost hingga serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan berlipat ganda walaupun seringkali melanggar etika bisnis. (Sumber : “Seputar Tentang Tenaga Outsourcing”, malangnet.wordpress.com)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 44 perusahaan dari berbagai industri terdapat lebih dari 50% perusahaan di Indonesia menggunakan tenaga outsource, yaitu sebesar 73%. Sedangkan sebanyak 27%-nya tidak menggunakan tenaga outsource dalam operasional di perusahaannya.
Dari 73% perusahaan yang menggunakan tenaga outsource diketahui 5 alasan menggunakan outsourcing, yaitu agar perusahaan dapat fokus terhadap core business (33.75%), untuk menghemat biaya operasional (28,75%), turn over karyawan menjadi rendah (15%), modernisasi dunia usaha dan lainnya, masing-masing sebesar 11.25%, seperti terlihat dalam gambar 4. Adapun yang menjadi alasan lainnya adalah :
a. Efektifitas manpower
b. Tidak perlu mengembangkan SDM untuk pekerjaan yang bukan utama.
c. Memberdayakan anak perusahaan.
d. Dealing with unpredicted business condition.











GAMBAR 4
Alasan Menggunakan Outsourcing

Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008

Outsourcing, tidak terlepas dari perusahaan penyedia (provider) jasa tenaga outsource. Perusahaan harus memilih provider yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan dimana perusahaan outsourcing tersebut harus teruji kualitas yang dijanjikan, serta adanya kesepatan untuk membuat hubungan jangka panjang. (Sumber: ”Kesulitan Outsourcing di Indonesia.” http://rahard.wordpress.com)
Oleh sebab itu, perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan provider jasa tenaga outsource, seperti yang dijabarkan dalam gambar 5.






GAMBAR 5
Faktor-faktor Pemilihan Partner Outsourcing

Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa harga menjadi faktor utama dalam pemilihan partner outsourcing (22.62%). Sedangkan reputasi yang baik dari provider outsource menempati posisi kedua yaitu sebesar 21.43%. Untuk tenaga outsource yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan perusahaan (19.05%), pengetahuan provider outsource terhadap proses bisnis perusahaan (11.90%). Pengalaman sebelumnya menempati posisi kelima dalam pemilihan partner outsourcing (10.71%), diikuti oleh stabilitas provider outsource (8.33%) dan lainnya sebesar 5.95%. Adapun faktor-faktor lainnya adalah pemenuhan persyaratan ketentuan tenaga kerja dan penyerapan tenaga terdekat dengan unit kerja.
Jenis pekerjaan yang dapat menggunakan outsourcing adalah pekerjaan-pekerjaan yang bukan merupakan tanggungjawab inti dari perusahaan.
Adapun komposisi jenis pekerjaan yang paling banyak menggunakan tenaga outsource adalah cleaning service (56.82%), security (38.64%), lainnya (36.36%), driver (25%), sekretaris (22.73%), customer service (13.64%) dan SPG (9.09%), seperti terlihat di gambar 6. Untuk jenis pekerjaan lainnya terdiri dari:
? Bagian pengepakan barang (packing).
? Helper baik untuk maintenance maupun mechanic.
? Facilitator training,
? Resepsionis/operator telepon.
? Data entry.
? Call center.
GAMBAR 6
Jenis Pekerjaan Yang Menggunakan Tenaga Outsource

                           Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008




5. Masalah Umum Yang Terjadi Dalam Penggunaan Outsourcing
1. Penentuan partner outsourcing.
     Hal ini menjadi sangat krusial karena partner outsourcing harus mengetahui apa
          yang menjadi kebutuhan perusahaan serta menjaga hubungan baik dengan
     partner outsourcing.
2. Perusahaan outsourcing harus berbadan hukum.
    Hal ini bertujuan untuk melindungi hak-hak tenaga outsource, sehingga mereka
    memiliki kepastian hukum.
3. Pelanggaran ketentuan outsourcing.
   Demi mengurangi biaya produksi, perusahaan terkadang melanggar ketentuan-
                 ketentuan yang berlaku. Akibat yang terjadi adalah demonstrasi buruh yang
                 menuntut hak-haknya. Hal ini menjadi salah satu perhatian bagi investor asing
                  untuk mendirikan usaha di Indonesia.
4. Perusahan outsourcing  memotong gaji tenaga kerja tanpa ada batasan sehingga,
yang mereka terima, berkurang lebih banyak. (Sumber: “Sistem Outsourcing Banyak Disalahgunakan”,  www.fpks-dpr.or.id)

6. Indikator Keberhasilan Penerapan Sistem Outsourcing
Tidak semua perusahaan berhasil menerapkan sistem outsourcing. Responden melihat indikator keberhasilan terbesar (25%) dalam penerapan outsourcing adalah pihak yang terlibat harus bertanggungjawab, mendukung, dan berkomitmen untuk melaksanakan outsourcing. Sedangkan 23.81% menyatakan bahwa keberhasilan dilihat dari detail aturan main outsourcing didefinisikan dalam kontrak kerja. Untuk kejelasan ruang lingkup proses outsourcing yang ingin dilakukan menjadi faktor keberhasilan yang dipilih oleh 17.86%. Update perjanjian antar pengguna dan penyedia tenaga outsource (13.10%), ada atau tidaknya prosedur formal dalam tender calon perusahaan outsourcing (10.71%) dan jangka waktu penyelenggaraan outsourcing (9.52%).
GAMBAR 7
Faktor Keberhasilan  Proses Outsourcing

Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
Inti dari faktor-faktor tersebut diatas adalah harus adanya kerjasama dan komitmen yang jelas antara kedua belah pihak agar outsourcing dapat berjalan sebagaimana harapan yang keseluruhan perjanjian kerjasama tersebut dinyatakan secara jelas dan terperinci di dalam kontrak outsourcing.
7. Kepuasan Perusahaan Terhadap Tenaga Outsource
Dari 73% perusahaan yang menggunakan tenaga outsource, kepuasan perusahaan terhadap tenaga outsource dinilai dari pengertian tenaga outsource terhadap bidang pekerjaan yang dilakukan yaitu sebesar (87%), kinerja tenaga outsource (68%), semangat kerja (66%), disiplin kerja (61%). Sedangkan untuk loyalitas tenaga outsource (55%) diragukan oleh perusahaan, seperti terlihat pada gambar 8.

GAMBAR 8
Kepuasan Perusahaan Terhadap Tenaga Outsource
 
Sumber : Divisi Riset PPM Manajemen, Agustus 2008
8. Keefektifan Outsourcing
Dengan melihat alasan menggunakan outsourcing, faktor-faktor pemilihan perusahaan penyedia jasa outsourcing, serta kepuasan perusahaan terhadap tenaga outsource, sebanyak 68.2% menyatakan bahwa penggunaan tenaga outsource dinilai efektif dan akan terus menggunakan outsourcing dalam kegiatan operasionalnya.
Untuk dapat lebih efektif disarankan adanya:
a. Komunikasi dua arah antara perusahaan dengan provider jasa outsource (Service Level Agreement) akan kerjasama, perubahan atau permasalahan yang terjadi.
b. Tenaga outsource telah di training terlebih dahulu agar memiliki kemampuan/ketrampilan.
c. Memperhatikan hak dan kewajiban baik pengguna outsource maupun tenaga kerja yang ditulis secara detail dan mengingformasikan apa yang menjadi hak-haknya.
Sedangkan yang menyebabkan outsourcing menjadi tidak efektif adalah karena kurangnya knowledge, skill dan attitude (K.S.A) dari tenaga outsource.

7. DEFINISI EVENT MARKETING
Salah satu cara yang ampuh dalam menyampaikan pesan sebuah brand adalah dengan mengajak customer dan potential customer untuk terlibat dalam sebuah event yang diselenggarakan perusahaan. Hal ini dijelaskan oleh Tom Duncan dalam buku “The Priciples of Advertising and IMC”. Dalam bukunya Tom Duncan mengatakan bahwa “event marketing is a promotional occasion designed to attract and involve a brand‘s target audience.” Event marketing yang diselenggarakan harus memiliki pengaruh (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir sehingga customer maupun potential customer bisa cukup lama mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut. Bagaimanakah cara membuat event marketing yang mampu memberikan pengaruh serta kesan yang mendalam pada customer maupun potential customer? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Divisi Riset PPM Manajemen melakukan survei yang bertujuan untuk melihat efektifitas suatu event marketing.

Penelitian dilakukan dengan mewawancara 41 Marketing Manager dari berbagai perusahaan di Jakarta. Penggunaan event marketing bagi  mereka ternyata bukan hal baru. 95% perusahaan telah menggunakan event marketing dan 78%nya mengatakan bahwa event marketing dinilai efektif dalam kegiatan pemasaran. Alasan mengapa event marketing dinilai efektif bagi marketing manager untuk memasarkan produknya dapat dilihat pada gambar 1.2.

GAMBAR 1.1
Awareness & Efektifitas Event Marketing



                                   





Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008


GAMBAR 1.2
Alasan Event Marketing Dinilai Efektif
















* Lainnya: efektif untuk launching new product, efektif untuk digunakan oleh perusanaan non direct selling, dan efisien dalam menggunakan tenaga kerja.
Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008

Berdasarkan hasil riset diketahui bahwa 17.1% perusahaan mengungkapkan bahwa event marketing dinilai efektif untuk meningkatkan awareness. Event marketing juga efektif untuk meningkatkan product image dan meningkatkan sales yang (masing-masing 14.6%), berkomunikasi dengan ke target market, menambah jumlah pelanggan baru (masing-masing 12.2%), dll.

8. PERANAN DAN FUNGSI EVENT MARKETING
Event memiliki pengaruh yang besar karena keterlibatan customer didalamnya. Menurut Sumardy dan Yoris Sebastian, pengamat marketing, dalam dua tahun terakhir, event atau brand activation memiliki peranan yang cukup besar dalam kegiatan komunikasi pemasaran. Padahal, sebelumnya event dianggap sebagai pelengkap kegiatan komunikasi lainnya karena perusahaan masih banyak mengandalkan kegiatan above the line atau pemasangan iklan pada media massa. (Sumber: http://kecap-bango.blogspot.com/2008; “Dicari Event yang Impactful”)

GAMBAR 2.1
Peranan Event Marketing









Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008

Berdasarkan hasil riset pula diketahui bahwa 59% perusahaan mengatakan peranan event marketing sangat penting dalam kegiatan pemasaran mereka. “Seperti halnya dilakukan oleh para pemilik merek, mereka lebih memilih event marketing daripada advertising untuk membangun brand-nya di mata publik. Perusahaan lebih mengunggulkan event marketing karena di yakini dapat membangkitkan emosi target audience dan memberikan kesan yang lebih mendalam kepada merek, sehingga dapat menciptakan brand loyalty.” (Sumber: www.pengusaha-indonesia.com).

GAMBAR 2.2
Fungsi Event Marketing















Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008
Sebanyak 43.3% responden mengatakan bahwa fungsi utama event marketing ladalah untuk memperkenalkan sebuah merek tertentu. Selain itu event juga dapat dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan loyalitas pelanggan (26.9%), memperkenalkan keunggulan suatu produk (14.9%), untuk mendorong penjualan saat event (4.5%) dan fungsi lainnya (10.4%) seperti mencari konsumen baru, membuat paket jualan, mereferensikan produk ke orang lain, menambah user website, mendapatkan input dari customer serta mendekatkan perusahaan dengan target yang dituju.

Selain fungsi-fungsi diatas, menurut www.pengusaha-indonesia.com terdapat beberapa fungsi lain dari event marketing yang digunakan perusahaan, yaitu:
- Memperkuat brand positioning dan image sebuah merek.
- Untuk menarik pelanggan pesaing (brand switching).
- Menunjukkan kelebihan dibandingkan kompetitor.
- Menjaga dan meningkatkan loyalitas dari pelanggan.
- Menciptakan brand awareness yang tinggi dan instan

9. Keunggulan dan Kelemahan dari Event Marketing
Dalam pelaksanaannya, sebuah event marketing memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan, diantaranya adalah:

TABEL 3.1
Keunggulan dan Kelemahan Event Marketing
KEUNGGULAN EVENT MARKETING KELEMAHAN EVENT MARKETING
- Dapat berinteraksi langsung dengan customer.
- Memperkenalkan citra perusahaan dengan produknya secara langsung.
- Menciptakan pengalaman (experience) dari event yang dilaksanakan dengan melibatkan mood dan emosi customer.
- Dapat digunakan sebagai sarana kegiatan CSR perusahaan.
- Konsumen yang hadir di sebuah event dapat mendorong penyebaran aktivitas Word of Mouth kepada orang-orang sekitarnya.
- Event menjadi sarana edukasi tentang produk ke masyarakat. - Customer datang hanya untuk mengikuti kegiatan event-nya saja, bukan untuk mengenal lebih dalam tentang produk atau jasa perusahaan.


10. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBERHASILAN EVENT MARKETING
Dalam melakukan event marketing, ada faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan untuk menjamin keberhasilan kegiatan tersebut. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan PPM Manajemen, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

GAMBAR 4.1
Faktor-faktor Penentuan Keberhasilan Event Marketing


















  Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008

Sebanyak 50% responden menyatakan konsep acara menjadi hal yang sangat krusial, karena tanpa konsep perusahaan tidak dapat meraih tujuan yang ingin dicapai. Penentuan tema perlu memperhatikan juga isu yang berkembang di masyarakat. Contohnya jika isu yang berkembang adalah mengenai global warming, perusahaan dapat mengangkat tema yang relevan dengan isu tersebut. Komunikasi pemasaran menjadi faktor penting kedua setelah konsep acara. Sebanyak 33% responden mengatakan bahwa dengan komunikasi pemasaran yang baik, informasi tentang adanya suatu event dapat sampai ke target yang dituju. Dengan demikian, event dapat dihadiri oleh audience yang tepat.

Selain itu kemampuan SDM , hubungan baik dengan Event Organzer (EO), dan besarnya budget juga menentukan keberhasilan sebuah event marketing. Penggunakan EO muncul sebagai pilihan bagi perusahaan ketika menyelenggarakan sebuah event. Hal ini dilakukan agar proses pelaksanaan dapat terorganisir secara profesional dengan baik dan sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Namun perusahaan harus pintar dalam memilih serta menilai reputasi sebuah EO karena event yang akan diselenggarakan membawa nama perusahaan.  Selain itu perlu adanya pitching dan briefing untuk menyesuaikan antara konsep yang dengan tujuan yang ingin dicapai.

Faktor lainnya seperti besarnya budget, kesiapan team serta kordinasi juga perlu diperhatikan dalam pelaksanaan event. Dalam membuat suatu event, perusahaan perlu memperhatikan budget yang akan dikeluarkan dan menyesuaikan antara tujuan perusahaan dengan event yang akan dilakukan.

11. MASALAH YANG DIHADAPI KETIKA MELAKUKAN EVENT MARKETING
Pelaksanaan event marketing membutuhkan keterlibatan banyak pihak dan menggunakan berbagai bentuk komunikasi pemasaran. Hal ini berpotensi menimbulkan masalah dalam proses persiapan hingga penyelenggaran event. Beberapa masalah yang umumnya terjadi dalam melakukan sebuah event dapat dilihat pada gambar 1.6.

GAMBAR 5.1
Masalah yang Dihadapi Ketika Event Marketing


  Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008
Masalah yang paling banyak dihadapi oleh perusahaan adalah penentuan konsep dan tema event yang dinyatakan oleh 33% responden. Padahal penentuan konsep dan tema merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan sebuah event. Sehingga ketika proses penentuan konsep perlu mendapatkan perhatian ekstra dari perusahaan dan perlu dikomunikasikan dengan baik kepada pihak penyelenggara event.

Masalah lain yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah ketika pelaksanaan event, (29%). Hal ini muncul akibat banyaknya pihak yang terlibat dan kurangnya koordinasi dan komunikasi antar bagian.

12. PENGUKURAN KEBERHASILAN EVENT MARKETING
“Seorang marketer harus memperhatikan impact terhadap experience dan sales. Sebuah event dapat dikatakan hebat namun audience hanya sekedar menonton lantaran tidak terkait dengan product benefit. Oleh sebab itu, kreativitas yang diciptakan oleh marketer harus bisa relevan dengan memperlihatkan product benefit”. (Sumber: Majalah Marketing)

GAMBAR 6.1
Pengukuran Keberhasilan Event Marketing

Sumber: Divisi Riset PPM Manajemen, Mei 2008

Berdasarkan riset yang dilakukan ada beberapa ukuran yang biasanya digunakan perusahaan untuk melihat keberhasilan penyelenggaraan event. Sebagian besar responden menyatakan bahwa keberhasilan event dapat diukur dari penjualan/transaksi yang terjadi (58.5%) dan jumlah audience yang datang (41.5%). Selain kedua hal tersebut beberapa ukuran yang kerap digunakan yaitu kepuasan peserta/feedback yang diterima (19.5%), semakin dikenalnya brand & produk oleh masyarakat (17.1%), jumlah pelanggan baru (9.8%), kelancaran event (7.3%), semakin dekatnya hubungan dengan pelanggan (7.3%), dan terjadinya event lanjutan (4.9%)

13. APLIKASI EVENT MARKETING
Berikut ini terdapat beberapa aplikasi event marketing yang telah dilakukan oleh perusahaan di Indonesia.

TABEL 7.1
Contoh Aplikasi Event Marketing
PERUSAHAAN NAMA EVENT KEGIATAN
Unilever “Festival Jajanan Bango” Membuka stand-stand serta menghadirkan berbagai jenis masakan Indonesia yang diolah dengan menggunakan kecap Bango.
Unilever Kampanye
“Kotor Itu Baik” Membuat event yang memicu kreatifitas anak melalui berbagai kegiatan yang meskipun “kotor “ tetapi sebenarnya baik.
Garuda Indonesia Mendukung
“Visit Indonesia 2008” Pemasangan logo “Visit Indonesia 2008” di badan pesawat Airbus 330, menambah 56 pesawat dan berhasil melampaui target penumpang dalam program tersebut.
Alfamart “Nonton Bareng” Semakin meluasnya tradisi hari Kasih Sayang, Alfamart bekerjasama dengan 13-entertainment yang memproduksi film “LOVE” memberikan kesempatan nonton gratis kepada pelanggan setianya (syarat dan ketentuan berlaku.)
Tupperware Tupperware Children’s Fund – “Children Helping Children (CHC) 2008” Sebagai perwujudan dari visi Tupperware peduli kepada perempuan dan anak-anak, menggelar acara yang Children Helpring Children (CHC) 2008, diselenggarakan di Rumah Kaca Taman Menteng. Merupakan program edukasi berupa lomba mengarang tingkat SD, SMP, dan SMA dengan teman yang sudah ditentukan.
Polygon
“Tour de Jakarta 2008” Menggelar lomba balap sepeda Internasional – POLYGON Tour de Jakarta. Diikuti oleh 120 pembalap dari 20 tim. Dibalik acara itu terdapat tujuan untuk men-encourage komunitas dan klub sepeda tanah air untuk lebih eksis dan mencari bibit-bibit baru untuk bisa berlaga di kejuaraan Nasional.
 Sumber: Majalah Marketing bulan Januari – April 2008

Bentuk event lainnya yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah online event, yang muncul karena keberadaan internet. Online event marketing dapat digunakan pula untuk untuk menarik customer baru, membangun brand dan menaikkan pendapatan. Sebuah event dapat dilakukan di situs perusahaan maupun situs rekanan. Contoh: webinars, online videos, online communities, unique online events. (Sumber: www.clikz.com)

14. REFERENSI
http://www.mail-archive.com “EO: Ide Kreatif dan Inovasi”
http://kecap-bango.blogspot.com/2008, “Festival Jajanan Bango”
www.vesseyevents.com “Corporate & Private Events”
http://kecap-bangi.blogspot.com/2008, “Dicari Event yang Impactful”
www.exsa.co.za “The Role of Exhibitions and Events in the 21st Century”
www.clikz.com “How to plan, and measure, online event marketing”
www.pengusaha-indonesia.com “Booming EO”
Majalah Marketing
“The Principles of Advertising and IMC” , Tom Duncan: 2005







0 comments: