Posted by Fahrizal | 0 comments

Guy Kawasaki



Guy Kawasaki adalah penulis yang menarik, awalnya beliau adalah Chief Evangelist Officer di Apple Computer, buku terkenalnya adalah The Machintosh Way dan Rules for Revolutionaries. Guy Kawasaki mendirikan garage.com, sebuah internet start up yang mempertemukan idea entrepreneur dengan modal dari venture capital pada tahap awal. Dari pengalamannya melihat, mengevaluasi dan mengawasi tumbuhnya start ups inilah Guy menulis tentang bagaimana cara yang terbaik untuk memulai sebuah bisnis.

Entrepreneurship tidak dapat diajarkan dalam sebuah seminar atau sebuah buku, seperti juga berenang, main golf, ataupun naik sepeda. Perlu sebuah praktek dan contoh aktual dan pembuktian dilapangan untuk membentuk sebuah kemampuan berwiraswasta. Pak Dahlan Iskan bilang bahwa penularan adalah cara terbaik untuk mengajarkan entrepreneurship. Tapi setidaknya buku ini banyak memberikan saran dan kerangka yang sangat tepat akurat dan mampu membantu kita semua untuk lebih baik dalam melakukan perjalanan mendirikan dan membangun mimpi bisnis kita.

Saya sempat ber-email dengan Guy dan menanyakan apa sarannya untuk para entrepreneur Indonesia. Guy bilang dia tahu sangat sedikit tentang Indonesia sehingga sulit memberikan pendapat, tapi sarannya adalah: Janganlah menjadi puas hanya dengan mengcopy idea dari Amerika, ciptakan sebuah idea baru yang berbeda dan begitu bagus hingga orang Amerika ingin mencopynya.

[I know so little about Indonesia that it would be difficult to give advice
for entrepreneurs in such countries. I have to believe, however, that my
advice about making meaning, making a mantra, keeping pitches short, etc,
etc is still relevant.

I hope that readers can take what they can use from my book. Everything
isn't relevant--but is everything ever relevant from a book?

I would like to provide one piece of advice to Indonesia entrepreneurs:
Don't be satisfied with copying American ideas--making, for example, the
Indonesian version of eBay. They should aspire to create companies that are
so astounding that Americans want to copy them.]


Diawali dengan bab yang menarik, “ The Art of Starting”, dimana Guy memberikan sebuah inti ringkasan sebuah peta sukses sederhana, Make Meaning, Membuat Makna, yang sebenarnya sebuah Mission statement dalam bentuk lebih sederhana. Saya tidak pernah tahu entrepreneur bisnis kecil yang mulai bisnisnya dengan Vision Mission statement, tapi saya setuju bahwa kita harus punya arti dalam memulai bisnis itu. Make Mantra, carilah mantra pendek business anda yang pas dan menjual. Get Going, yang sama dengan idea saya “just go do it”, janganlah menunggu sampai ideanya sempurna, jalan saja, analisa hasilnya, perbaiki, dan jalan lagi, bisnis baru adalah seri eksekusi pekerjaan kecil yang berkelanjutan.

Business Model menyarankan 3 hal, Be Specific, buat yang khas dan beda dengan target market yang jelas, jangan terlalu melebar dan kabur. Keep It Simple, jangan terlalu kompleks, bisnis harus sederhana dan dapat dijelaskan dalam sepuluh kata. Kalau mau bikin resto kecil, buat warung soto ayam, menunya sederhana tapi rasanya ternikmat diseluruh negeri ini. Ini lebih baik daripada bikin restoran kecil dengan menu 32 halaman penuh bermacam2 dari makanan lokal sampai steak dan chinese food jadi satu. Copy Somebody, jangan terlalu sok ber inovasi total, tirulah orang yang sudah sukses, lalu rubahlah sedikit supaya anda jadi beda. Tirulah cara2 kerja orang yang telah sukses dalam bidang itu, dan rubahlan nanti saja setelah bisnis anda berjalan dengan baik.

Ada saran menarik dari Guy, kalau anda siap mau terjun ke bisnis itu dan sudah siap dengan semua hal, tanyakan dan mintalah pendapat seorang wanita! Wanita lebih penuh pengertian sedangkan lelaki umumnya lebih mudah menyarankan anda untuk “ya” atau “tidak”, ada “killer instinc” dalam diri lelaki, dan saran wanita akan lebih pas untuk pengecekan sebuah awal business. Carilah teman, dosen, pebisnis, atau family anda yang sedikit mengerti akan bisnis dan tanyailah pendapatnya.

Konsep tentang MAT: Milestones, Assumption dan Tasks, sangat bagus dan menarik. Kita perlu membuat list dari business kita apa Milestones atau goal kecil yang harus kita capai dalam timeline kita memulai bisnis, misalkan kapan mulai buka, kapan modal bisa kita dapatkan, kapan dapat pelanggan pertama, dan lainnya. Assumptions atau perkiraan, perlu kita catat, misalkan buka restoran akan ada 20 orang masuk setiap hari, setiap orang belanja 250 ribu rupiah, harga pokok per unit, semua asumsi kita akan bisnis ini kita catat dan analisa dari waktu ke waktu. Tasks atau list pekerjaan kita, ini terpenting untuk memantau eksekusi kita. Saat kesibukan kita naik tajam, kita sering akan lupa apa saja yang harus kita lakukan. Nah check list tentang Tasks ini akan mengingatkan kita: Kapan mengajukan ijin pajak, beli asuransi, mencari partner marketing, membuat brosur, dll.

Ada sebuah bab kecil tentang bagaimana kita dapat melakukan “internal entrepreneuring”, tentang berwiraswasta dalam konteks perusahaan besar, sesuatu yang cukup populer beberapa tahun lalu.       


Bisnis adalah sebuah urusan pribadi, yang melambangkan siapa anda, positioning yang anda ambil, dan perjalanan yang akan anda lewati. Nama yang tepat dan mudah diingat, komunikasi yang jelas dan strategi yang baik selalu akan membuat kita menjadi lebih sukses dalam bisnis kita.

Ketika F.W Woolworth membuka tokonya yang pertama, pesaingnya membuat papan besar:” Telah berbisinis disini lebih dari 50 tahun”, Besoknya, Woolworth membuat papan lebih kecil dengan tulisan: “ Baru buka minggu lalu, tidak ada stok lama.” Nah, sebuah response cepat tepat selalu dibutuhkan saat kita baru berbisnis. Saingan yang cemburu, keadaan lapangan yang berubah cepat, semuanya butuh response cepat yang tepat.

Wiraswasta harus mampu menghemat uang dan memulai bisnis dengan sangat berhati hati dalam hal keuangan, setiap Rupiah harus digunakan sebaik baiknya. Menggunakan marketing dari mulut ke mulut, penagihan yang cepat, cash flow yang sehat, dan investasi kapital sekecil mungkin. Lupakan dulu tentang department dan bentuk resmi perusahaan, yang penting secara fungsional dapat jalan dengan mulus dan menghasilkan uang. Eksekusi jadi lebih penting dari sekedar idea, jangan terlalu idealis, efektifitas dan fleksibilitas yang tepat guna lebih menguntungkan.

Setiap bab buku ini diakhiri dengan FAQ (Frequently Asked Question), sebuah format tanya jawab ala dunia komputer untuk hal2 yang paling sering ditanyakan orang untuk masalah tersebut. Ini sangat berguna dan cukup inovatif.

The Art of Recruiting, bagaimana mencari karyawan yang tepat? Mencari “A - player” yang pas tentu bukan hal yang mudah. Carilah orang yang percaya akan mimpi2 anda, orang yang mampu bekerja secara enak pada situasi yang serba terbatas. Hati2 dengan karyawan yang sudah biasa bekerja di perusahaan besar, karena lingkungan dan tantangannya berbeda. Lupakan gelar yang wah, carilah orang yang punya keberanian untuk maju dalam segala keterbatasannya. Jangan membayar mahal, periksa latar belakangnya, dan gunakan semua jalur koneksi anda untuk mencari yang terbaik.

Ada sebuah hal yang sederhana dan menarik, bayangkan, bila anda sedang jalan2 di Mal dan akan bertemu dengan orang ini dimana anda telah melihat dia, tapi dia belum melihat anda, apa yang akan anda lakukan? Lari kesana dan menyapa dengan hangat, atau menghindar saja supaya tidak ketemu? Hidup ini pendek dan kita akan selalu dalam ketegangan dan kompetisi yang tajam, jangan sia siakan waktu untuk hal2 yang tidak menyenangkan, carilah orang yang memang cocok dengan anda.

Partnership bukan hal yang mudah dan penuh liku2 yang mengejutkan, tidak selalu orang itu ternyata sama dengan bayangan anda tentang dia. Fokus pada kekuatan masing2 dan bukan pada kelemahan, cari sinergi yang pas, dan tulislah obyektip dan hal apa saja yang harus dicapai oleh masing2 pihak.

Wiraswasta Indonesia tidak memiliki banyak alternatip institusi Venture Capital yang siap menanamkan modalnya dengan imbalan saham perusahaan. Bab tentang pencarian modal ini memang tidak cukup pas dengan kondisi kita. Biasanya di Indonesia, modal harus didapat dari uang tabungan kita sendiri, dan uang keluarga atau pinjaman pada sahabat kita, tetap saja Bab mencari modal ini dapat membantu kita melihat dari perspektip penanam modal.

Branding bukan hanya milik perusahaan besar, tapi setiap business kecil yang ingin suksespun harus memulai ini dengan cara murah dan tepat. Ujilah marketing anda pada orang tua dan keluarga anda, apa mereka puas? Rekrutlah orang yang cinta akan produk atau jasa anda dan jadikan mereka penyebar kecintaan akan produk anda. Berikan hadiah kecil yang menarik pada calon klien anda, T-Shirt adalah contoh bagus untuk cendera mata. Fokus pada publisitas dan bukan advertising, buat buzz dan jadikan berita.

Dalam 18 tahun menjadi wiraswasta, saya telah mendirikan dan mengembangkan lebih dari dua puluh usaha baru dan saya merasakan tepatnya buku ini dalam menggambarkan semua hal yang akan dihadapi oleh para usahawan baru. Pemimpi perlu sebuah buku panduan, mengingatkan betapa susah dan beratnya memulai bisnis baru, dan memberi bimbingan yang bisa menjadi “mentor” yang dibutuhkan saat kita hampir patah semangat.

Kegagalan institusi perguruan tinggi untuk mendidik mahasiswa menjadi pengusaha adalah sebuah cerita klasik yang belum juga dicoba selesaikan. Idealnya ada jurusan Entrepreneurship yang mengajarkan dan melatih mahasiswa dengan benar2 berpraktek melakukan bisnis selama kurun empat tahun program S1 nya, setiap murid berpraktek dan dibimbing oleh mentor entrepreneur yang telah sukses dalam bisnisnya. Begitu jauhnya jarak perguruan tinggi dengan kewirausahaan sehingga kebanyakan orang yang sukses dalam perjalanan akademisnya jarang dapat menjadi entrepreneur yang sukses.

Memulai business bukan hal yang mudah, banyak halangan akan muncul dan serba tidak terduga. Buku ini dapat membantu kita menjadi lebih punya kesempatan untuk suskes. Semua materinya sangat relevan dan tepat guna buat para entrepreneur yang bermimpi untuk merubah dunia ini. Selamat menikmati.

Tanadi Santoso

0 comments: